A. Motor DC
Motor DC merupakan
mesin yang menggunakan energi listrik arus
searah untuk menghasilkan energi mekanis. Prinsip kerja motor DC yaitu ketika
sebuah kumparan yang dialiri arus listrik
ditempatkan pada medan magnet maka akan terbentuk gerak putar atau gaya pada kumparan tersebut
[17]. Pemodelan sistem motor DC ditunjukkan dalam
rangkaian ekivalen pada gambar 1.
Pemodelan motor DC dapat diperoleh dengan analisa secara elektrikal dan secara mekanikal. Secara elektrikal didasarkan pada Hukum Tegangan Kirchhoff (KVL) [8] Persamaannya sebagai berikut
Keterangan :
V = tegangan jangkar (V) Vemf = tegangan balik motor (V) L = induktansi jangkar (H)
R = tahanan jangkar (Ω)
T = torsi
motor (Nm)
J = momen inersia
motor (kgm2)
ω = kecepatan putaran motor (rad/s)
Kt |
= |
konstanta torsi (Nm/A) |
Kb |
= |
konstanta gaya gesek
(Nm/rad/s) |
Ke |
= |
konstanta tegangan balik
(V/rad/s) |
B. Sistem Kontrol
Sistem kontrol merupakan sistem yang mengintegrasikan proses yang akan dikontrol (plant), aktuator,
sensor dan kontroler
untuk mempertahankan keluaran
dan unjuk kerja
sistem tetap pada nilai yang ditentukan (setpoint) [18].
C.
Performa Sistem
Kontrol
Sebuah sistem memiliki karakteristik atau ciri khusus yang menggambarkan perilaku dinamik sistem atau
yang dikenal juga dengan spesifikasi performa
sistem. Respon keluaran
muncul ketika sistem
diberikan suatu sinyal masukan atau
D. Kontrol PID
Kontroler PID merupakan
kontroler yang menggunakan mekanisme umpan balik untuk menetapkan presisi atau ketelitian suatu sistem instrumentasi.
Komponen kontrol PID memiliki tiga
jenis yaitu kontrol proportional,
kontrol integral dan kontrol derivative.
Ketiga parameter kontrol ini sangat mempengaruhi karakteristik kontroler PID [21], [22].
1)
Kontrol Proportional (P): Kontrol proportional adalah pengendali yang menghasilkan output dengan mengalikan konstanta
proportional gain (Kp) dengan nilai error.
2) Kontrol Integral (I): Kontrol integral merupakan pengendali yang bekerja dengan mengakumulasi error yang terjadi dalam rentang waktu tertentu kemudian mengalikannya dengan sebuah konstanta integaral gain (Ki).
3)
Kontrol Derivative (D): Kontrol derivative (D) merupakan
pengendali yang memberikan aksi pengendalian
dengan
mengalikan konstanta derivative gain (Kd) dengan laju perubahan sinyal error.
Kombinasi Kontrol Proportional, Integral dan Derivative: Ketiga jenis kontrol PID dapat digabungkan untuk mendapatkan respon output yang lebih baik. Perubahan pada salah satu konstanta dapat mempengaruhi keseluruhan respon sistem. Pengaruh dari masing-masing konstanta PID dirincikan pada tabel 1 [20].
Berdasarakan tabel 1 diketahui bahwa konstanta P bersifat menurunkan nilai rise time dan steady-state error, mengubah sedikit nilai settling time dan meningkatkan overshoot. Konstanta I bersifat menurunkan nilai rise time, meningkatkan nilai settling time dan overshoot serta menghilangkan steady- state error. Sedangkan konstanta D bersifat mengubah sedikit nilai rise time dan stedy-state error serta menurunkan nilai settling time dan overshoot. Besarnya keluaran dari kontrol PID merupakan akumulasi dari ketiga pengontrolannya sehingga dapat dirumuskan dengan persamaan berikut.
E. Algoritma Genetika
Algoritma genetika merupakan suatu teknik optimasi dan teknik pencarian yang diadopsi dari proses
evolusi alam dan perubahan
pada struktur genetika makhluk
hidup. John Holland
menemukan bahwa algoritma genetika mampu menyelesaikan persoalan yang tidak dapat diselesaikan
dengan perhitungan matematika biasa dan memberikan hasil yang baik untuk permasalahan optimasi [10]. Algoritma
genetika berjalan dengan siklus
yang diilustrasikan pada gambar 2.
Berdasarkan gambar 2 dapat diuraikan
siklus algoritma genetika
yang dimulai dengan inisialisasi populasi
yaitu pembentukan populasi
secara acak yang terdiri atas beberapa individu yang disebut kromosom
dimana tiap kromosom
merepresentasikan calon solusi yang memiliki potensi untuk penyelesaian masalah. Pada tiap siklus populasi
ini akan melalui tahap evaluasi berdasarkan nilai fitnessnya, dimana kromosom yang memiliki nilai fitness terbaik memiliki
peluang besar untuk bertahan pada generasi selanjutnya. Tahap berikutnya yaitu
seleksi untuk memilih kromosom-kromosom yang
dijadikan sebagai orang tua (parents)
untuk membentuk kromosom baru. Pada
tahap reproduksi kromosom-kromosom yang terpilih
sebagai parents akan melalui
dua operator algoritma genetika, yaitu penyilangan (crossover) dan mutasi (mutation) yang akan mengubah
struktur gen kromosom
begitu pula nilai fitnessnya. Terakhir yaitu tahap pembentukan populasi
baru dimana kromosom-kromosom baru yang terbentuk
kemudian akan menggantikan kromosom-kromosom dalam
populasi dari generasi sebelumnya. Untuk mencegah terjadinya penurunan nilai fitness selama tahap reproduksi kromosom
dilakukan prosedur elitisme
dengan menyalin kromosom dengan nilai fitness
tertinggi sebanyak satu atau dua. Siklus
ini akan terjadi berulang dan diharapkan pada generasi selanjutnya kromosom yang terbentuk akan memiliki nilai fitness yang semakin
baik. Siklus atau proses iterasi
akan berhenti ketika tujuan atau persyaratan yang diinginkan terpenuhi
[23], [24].
F. Kontroler
PID Algoritma Genetika (PID-GA)
Kontroler PID-GA menggunakan metode
algoritma genetika dalam mengoptimasi proses tuning parameter PID (Kp, Ki dan Kd). Metode
optimasi algoritma genetika
bekerja dengan
Metodologi Penelitian [Kembali]
A.
Blok Diagram Sistem
B. Perancangan Sistem Kontrol pada Simulink
Penelitian ini dilakukan
melalui simulasi terhadap
plant motor DC terkendali jangkar yang digunakan dalam
penilitian sebelumnya [25]. Data spesifikasi mengenai motor DC dirincikan pada tabel 2 berikut.
𝑇𝑜𝑟𝑠𝑖 (𝑓𝑡. 𝑙𝑏) = 5252 𝑥 𝑃𝐻𝑃
𝑅𝑎𝑡𝑒𝑑 𝑅𝑃𝑀 (8)
1 𝑓𝑡. 𝑙𝑏 = 1,356 𝑁𝑚 (9)
Model perancangan diagram blok sistem kontrol motor DC pada Simulink dapat diperhatikan pada gambar 5. Sistem diberikan masukan berupa referensi
kecepatan sudut sebesar 1500 rpm. Nilai dalam rpm ini dikonversi ke nilai rad/s. Parameter kontrol
PID (Kp, Ki dan Kd) diperoleh
melalui tuning dengan
metode optimasi algoritma genetika. Umpan balik dari sistem berupa kecepatan
aktual pada motor DC akan dibandingkan
dengan kecepatan referensi untuk menghasilkan
sinyal dari pengontrolan PID guna menjaga kecepatan motor sesuai dengan input. Torsi beban dalam beberapa variasi nilai diberikan sebagai gangguan eksternal pada
sistem. Blok To Workspace digunakan untuk mengekspor Scope Simulink ke Workspace MATLAB.
A. Simulasi Kontrol
PID pada Sistem
Pada tahap awal percobaan dilakukan proses tuning kontrol PID dengan metode trial and
B. Simulasi Kontrol
PID dengan Metode
Algortima Genetika
Pada tahap ini dilakukan simulasi
dengan menggunakan metode tuning
algoritma genetika untuk memperoleh nilai Kp, Ki dan Kd.
Nilai yang diperoleh dari metode trial
and error digunakan sebagai
nilai batas atas dan nilai batas bawah ketiganya
sebesar 0,0001. Parameter algortima genetika yang digunakan dapat
dilihat pada tabel 3.
Simulasi dilakukan menggunakan enam parameter dengan ukuran populasi, jumlah generasi,
probabilitas crossover dan probabilitas mutasi yang bervariasi. Tiap kali algoritma
dijalankan pada parameter
yang sama kemungkinan dapat memberi hasil
yang berbeda. Oleh karenanya tiap parameter diuji cobakan
sebanyak lima kali untuk mendapatkan nilai fitness terbaik.
1) Parameter Percobaan 1: Pada parameter percobaan 1, ukuran populasi sebesar
50, jumlah generasi
sebesar 50, probabilitas crossover sebesar 0,7 dan probabilitas mutasi sebesar 0,3.
Hasil running program ditampilkan
dalam bentuk grafik nilai fitness pada gambar 8. Grafik menunjukkan
nilai fitness tertinggi yaitu sebesar 4,855e+15. Berdasarkan percobaan
menggunakan parameter 1 diperoleh hasil tuning dengan nilai Kp = 8,4605; Ki =
14,1936 dan Kd = 0,19312.
2) Parameter Percobaan 2: Pada parameter percobaan 2, ukuran populasi sebesar
50, jumlah generasi
sebesar 50, probabilitas crossover sebesar 0,7 dan probabilitas mutasi sebesar 0,4.
Hasil running program ditampilkan
dalam bentuk grafik nilai fitness pada gambar 9. Grafik
menunjukkan nilai fitness tertinggi yaitu sebesar 8,469e+15. Berdasarkan percobaan
menggunakan parameter 2 diperoleh hasil tuning dengan nilai Kp = 1,3491; Ki = 18,1819 dan Kd =
0,2415.
Parameter Percobaan 3: Pada parameter percobaan 3, ukuran populasi sebesar 50, jumlah generasi sebesar 50, probabilitas crossover sebesar 0,8 dan probabilitas mutasi sebesar 0,4. Hasil running program ditampilkan dalam bentuk grafik nilai fitness pada gambar 10. Grafik menunjukkan nilai fitness tertinggi yaitu sebesar 2,399e+16. Berdasarkan percobaan menggunakan parameter 3 diperoleh hasil tuning dengan nilai Kp = 1,6716; Ki = 22,9619 dan Kd = 0,25371.
4) Parameter Percobaan 4: Pada parameter percobaan 4, ukuran populasi sebesar
50, jumlah generasi
sebesar 70, probabilitas crossover sebesar 0,9 dan probabilitas mutasi sebesar 0,4.
Hasil running program ditampilkan
dalam bentuk grafik nilai fitness pada gambar 11. Grafik menunjukkan nilai fitness tertinggi yaitu sebesar 7,787e+17. Berdasarkan percobaan
menggunakan parameter 4 diperoleh hasil tuning dengan nilai Kp = 4,6188; Ki = 20,2053 dan Kd = 0,24345.
5) Parameter Percobaan 5: Pada parameter percobaan 5, ukuran populasi sebesar
70, jumlah generasi
sebesar 70, probabilitas crossover sebesar 0,9 dan probabilitas mutasi sebesar 0,4.
Hasil running program ditampilkan
dalam bentuk grafik nilai fitness pada gambar 12. Grafik
menunjukkan nilai fitness tertinggi yaitu sebesar 6,261e+18. Berdasarkan percobaan
menggunakan parameter 5 diperoleh hasil tuning dengan nilai Kp = 9,4429; Ki = 19,3255 dan Kd = 0,45602.
6) Parameter Percobaan 6: Pada parameter percobaan 6, ukuran populasi sebesar
70, jumlah generasi
sebesar 70, probabilitas crossover sebesar 0,9 dan probabilitas mutasi sebesar 0,5.
Hasil running program ditampilkan
dalam bentuk grafik nilai fitness pada gambar 13. Grafik
menunjukkan nilai fitness tertinggi yaitu sebesar 6,341e+17. Berdasarkan percobaan
menggunakan parameter 6 diperoleh hasil tuning dengan nilai Kp = 12,8299; Ki =
26,8035 dan Kd = 0,41693.
C. Simulasi
Kontrol PID-AG Tanpa
Beban
Pada tahap ini dilakukan simulasi pada sistem tanpa
beban dengan menggunakan nilai Kp, Ki dan Kd yang diperoleh dari keenam percobaan sebelumnya. Uji coba dilakukan
untuk
Data respon sistem dari keenam parameter percobaan dapat dilihat pada tabel 4. Dari parameter percobaan tersebut diperoleh nilai rise time dan settling time terbaik pada parameter percobaan keenam sebesar 0,0816 s dan 0,1783 s berturut-turut. Untuk nilai overshoot terbaik diperoleh pada parameter percobaan kelima sebesar 0,0366 %. Sedangkan untuk nilai steady-state error terbaik diperoleh pada parameter percobaan kedua sebesar 0,0260 %, akan tetapi parameter ini masih menghasilkan overshoot yang tinggi sebesar 15,5668 %. Terdapat 2 parameter terbaik pada percobaan ini yaitu parameter 5 dan parameter 6. Untuk percobaan selanjutnya parameter 5 akan digunakan dengan nilai Kp sebesar 9,4429; Ki sebesar 19,3255 dan Kd sebesar 0,45602. Performa sistem yang diperoleh dengan metode algoritma genetika ini kemudian dibandingkan dengan metode trial and error seperti pada tabel 5.
TABEL 5 PERBANDINGAN
PERFORMA SISTEM
Metode Tuning |
Rise time (s) |
Settling time
(s) |
Oversho ot (%) |
Steady- state error (%) |
Algoritma genetika |
0,1212 |
0,2562 |
0,0366 |
0,1739 |
Trial and error |
0,1330 |
0,6996 |
3,2928 |
0,0112 |
Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa hasil tuning dengan metode algoritma
genetika dapat memberikan nilai rise time,
settling
time, dan overshoot yang
lebih baik dari metode trial and error. Akan tetapi nilai steady-state error yang dihasilkan dengan metode algoritma genetika
masih lebih besar dibandingkan dengan metode trial and error. Secara keseluruhan performa sistem yang dihasilkan dengan metode algoritma
genetika mampu memberikan respon sistem yang lebih optimal.
D. Simulasi Kontrol
PID-AG dengan Beban
Pada tahap ini dilakukan simulasi dengan memberikan gangguan berupa beban tetap dan beban yang berubah. Parameter kontroler PID yang digunakan yaitu Kp = 9,4429; Ki = 19,3255 dan Kd = 0,45602. Untuk menghitung beban nominal yang diberikan dapat dihitung dengan mengacu pada (8) dan (9) dan datasheet motor DC pada tabel 2.
T𝑜𝑟𝑠𝑖 = 5252 𝑥 2 1500 = 7,0027 𝑓𝑡. 𝑙𝑏 = 7,0027 𝑥 1.356 = 9,49 𝑁𝑚 = 9,5 𝑁
1)
Pemberian Beban Tetap: Percobaan pertama dilakukan dengan memberikan beban kerja bernilai
tetap pada sistem sebesar 9,5 Nm pada
saat t = 2 s. Respon sistem dapat dilihat pada
gambar 15. Grafik menunjukkan ketika beban diberikan terjadi penurunan kecepatan
hingga 1485 rpm, berkurang 15
Percobaan kedua dilakukan dengan memberikan gangguan berupa beban tetap pada sistem sebesar 14 Nm pada saat t = 2s. Respon sistem dapat dilihat pada gambar 16. Grafik menunjukkan bahwa ketika beban diberikan sebesar 14 Nm terjadi penurunan kecepatan hingga 1478 rpm. Kecepatan motor kembali ke nilai setpoint pada saat t = 3,8 s, meskipun masih terdapat fluktuasi sebesar 1 rpm. Nilai kecepatan stabil ketika t = 5,8 s, sehingga dibutuhkan waktu kurang dari 6 detik untuk sistem dapat kembali berjalan mengikuti nilai setpoint.
Percobaan ketiga dilakukan dengan memberikan gangguan berupa beban tetap pada sistem sebesar 16.5 Nm pada saat t = 2 s. Respon sistem dapat dilihat pada gambar 17. Grafik menunjukkan bahwa ketika beban diberikan sebesar 16,5 Nm terjadi penurunan kecepatan hingga 1474 rpm,. Kecepatan motor kembali ke nilai setpoint pada saat t = 4 s yang berarti membutuhkan waktu 2 detik. Akan tetapi kecepatan masih mengalami fluktuasi sebesar 1 rpm. Nilai kecepatan stabil ketika t = 6 s, sehingga dibutuhkan waktu 4 detik untuk sistem dapat kembali berjalan mengikuti nilai setpoint meski diberikan beban di atas nilai nominalnya.
2) Pemberian Beban Tidak Tetap: Pada pengujian ini sistem
dijalankan dengan diberi
nilai torsi beban yang bervariasi. Pada saat t = 0 s
beban diberikan sebesar 9,5 Nm, lalu pada saat t = 3 s beban dinaikkan menjadi 15 Nm, kemudian saat t = 6 s beban kembali diturunkan pada nilai 9,5
Nm. Respon sistem dapat dilihat
pada gambar 18. Pada percobaan
motor DC diberikan beban sebesar 9,5 Nm dari awal dijalankan. Sehingga dibutuhkan
waktu lebih lama untuk mencapai nilai setpoint yaitu 2,4 s. Ketika beban dinaikkan
menjadi 15 Nm kecepatan turun menjadi
1491 rpm. Kemudian saat beban diturunkan lagi
menjadi 9,5 Nm kecepatan naik hingga 1509 rpm dan dibutuhkan
kurang dari 1,5 detik untuk kembali stabil di nilai setpoint. Melalui
percobaan ini maka diketahui bahwa sistem mampu mempertahankan nilai kecepatan pada setpoint meskipun dalam keadaan nilai beban yang berubah.
Berdasarkan hasil percobaan
yang dilakukan diperoleh
solusi dengan nilai fitness tertinggi
sebesar 6,261e+18 dengan parameter
ukuran populasi dan jumlah generasi sebesar 70, probabilitas crossover
sebesar 0,9 dan probabilitas mutasi sebesar 0,4.
Parameter PID terbaik diperoleh dengan nilai Kp = 9,4429; Ki = 19,3255 dan Kd = 0,45602. Respon
sistem yang dihasilkan dengan parameter ini memiliki nilai rise time sebesar 0,1212 s, settling
time sebesar 0,2562 s, overshoot sebesar 0,0366 %
dan steady-state error sebesar 0,1739
%. Kontrol PID dengan tuning menggunakan metode algoritma genetika
terbukti mampu menjaga kecepatan motor pada nilai setpoint ketika diberi
beban kerja baik dengan nilai tetap maupun nilai yang berubah. Untuk pengembangan ke depannya diharapkan
[2]
D. A. Barkas, G. C. Ioannidis, C. S. Psomopoulos, S. D. Kaminaris, and G. A. Vokas, “Brushed DC Motor Drives
for Industrial and Automobile
Applications with Emphasis on Control Techniques: A Comprehensive Review,” Electronics, vol. 9, p. 887, 2020, doi: 10.3390/electronics9060887.
[3]
A. MA’ARIF, R. ISTIARNO, and SUNARDI, “Kontrol
Proporsional Integral Derivatif (PID) pada Kecepatan Sudut Motor DC dengan Pemodelan Identifikasi Sistem dan Tuning,” ELKOMIKA Jurnal Teknik Energi Elektrik, Teknik
Telekomunikasi, vol. 9, no. 2, pp. 374–388,
2021, doi: 10.26760/elkomika.v9i2.374.
[4]
A. Budiyanto and A. Intan Ekaputri Supriyo, “PERBANDINGAN METODE PID, MPC, DAN LQR PADA SISTEM
PEMANAS AIR BOTTLE WASHER BERBASIS
MATLAB,” AJIE - Asian Journal of Innovation and Entrepreneurship, vol. 05, no. 03, pp. 35–43,
2020.
[5]
Z. Peng, “PID Control of Temperature and Humidity in Granary Based on Improved
Genetic Algorithm,” in 2019 IEEE International Conference on Power,
Intelligent Computing and Systems (ICPICS), 2019, pp. 428–432.
[6] S. K. Pandey, C. Bera, and S. S. Dwivedi, “Design of robust PID controller for DC Motor using TLBO algorithm,” in 2020 IEEE International Conference on Advances and Developments in Electrical and Electronics Engineering (ICADEE), 2020, pp. 1–4. doi: 10.1109/ICADEE51157.2020.9368952.
[7] M. Irhas, Iftitah, and S. Asyiqah Azizah Ilham, “Penggunaan Kontrol PID dengan Berbagai Metode untuk Analisis Pengaturan Kecepatan Motor DC,” Jurnal Fisika dan Terapannya, vol. 7, no. 1, pp. 78–86, 2020.
[8]
A. Ma’rifat, H. Nabila, and O. Wahyunggoro, “Application of Intelligent Search Algorithms in
Proportional-Integral- Derivative Control
of Direct-Current Motor System Application of Intelligent Search Algorithms in Proportional-
Integral-Derivative Control of Direct-Current
Motor System,” in Journal of Physics:
Conference Series, 2019, vol. 1373, pp. 1–10. doi: 10.1088/1742- 6596/1373/1/012039.
[9]
M. Ünal, A. Ak, V. Topuz, and H. Erdal, Optimization of PID Controllers Using Ant Colony and Genetic
Algorithms. Springer International
Publishing: Berlin/Heidelberg, Germany, 2013. doi: 10.1007/978-3-642-32900-5.
[10]
Y. Arkeman, K. B. Seminar,
and H. Gunawan, “Algoritma Genetika,” in ALGORTIMA GENETIKA
Teori dan Aplikasinya untuk Bisnis dan Industri, Bogor:
PT Penerbit IPB Press, 2012, pp. 13–30.
[11]
S. Tiwari, A. Bhatt, A. C. Unni, J. G. Singh, and W. Ongsakul, “Control
of DC Motor Using Genetic
Algorithm Based PID Controller,”
Proceedings of the Conference on the
Industrial and Commercial Use of Energy, no. October, 2018,
doi: 10.23919/ICUE- GESD.2018.8635662.
[12]
Z. Abidin and E. Ihsanto,
“Perancangan Kontroler PID Level Deaerator
Dan Kondensor Pada Steam Power Plant Berbasis
Algoritma Genetika,” Jurnal
Teknologi Elektro, vol. 12, no. 3, pp. 153–159, 2021,
doi: 10.22441/jte.2021.v12i3.009.
[13]
E. L. Talakua, Y. A. K. Utama,
and I. Andriyanto, “Optimasi Kontrol
PID untuk Kendali Kecepatan Motor DC Menggunakan
Metode Metaheuristik,” Seminar Nasional
Ilmu Terapan, pp. 1–8, 2020.
[14] A. A. M. Zahir, S. S. N. Alhady, W. A. F. W. Othman, and M. F. Ahmad, “Genetic Algorithm Optimization of PID Controller for Brushed DC Motor,” in Intelligent Manufacturing & Mechatronics, Lecture Notes in Mechanical Engineering, Springer Nature Singapore, 2018, pp. 427–437. doi: 10.1007/978-981-10-8788-2_38.
[1] [15] E. W. Suseno and A. Ma’rifat, “Tuning of PID Controller Parameters with Genetic
Algorithm Method on DC Motor,”
International Journal of Robotics and Control Systems,
vol. 1, no. 1, pp. 41–53, 2021, doi: 10.31763/ijrcs.v1i1.249.
[2] [16] J. Beneoluchi, A. Noraziah, and A. Eunice, “A new fitness function for tuning parameters of Peripheral
Integral Derivative Controllers,” ICT Express, no. xxxx, pp. 1–5, 2021, doi: 10.1016/j.icte.2021.10.006.
[3] [17] H. Sutrisno, Suryono, and P. H. Hastungkoro, Mengenal Motor Listrik Arus Searah, 1st ed. Klaten:
Saka Mitra Kompetensi, 2019.
[4] [18] B. Siswojo, ELEKTRONIKA KONTROL,
1st ed. Malang: UB Press, 2017.
[5] [19] Fahmizal, F. Fathuddin, and R. Susanto, “Identifikasi Sistem Motor DC dan Kendali
Linear Quadratic Regulator
Berbasis Arduino- Simulink Matlab,” Majalah Ilmiah Teknologi Elektro, vol. 17, no. 2, 2018.
[6] [20] A. H. Rahardjo and W. B. Mursanto, Bahan
Ajar Sistem Kendali. POLITEKNIK NEGERI
BANDUNG, 2020.
[7] [21] C. P. R. Tuuk, V. C. Poekoel,
and J. Litouw, “Implementasi Pengendali PID Untuk Kestabilan Posisi
Terbang Wahana Tanpa Awak,” J. Tek. Elektro
dan Komput., vol. 7,
no. 1, pp. 53–62, 2018.
[8] [22] G. A. Salamena and V. Salamena, “Analisis Penentuan Konstanta Pengendali PID Menggunakan Garis Singgung Metode Ziegler- Nichols I pada Titik Koordinat Kurva
Tanggapan Keluaran Plant,” JURNAL SIMETRIK,
vol. 10, no. 2, pp. 333–343, 2020.
[9] [23] Z. Zukhri, ALGORITMA GENETIKA
Metode Komputasi Evolusioner untuk Menyelesaikan Masalah
Optimasi, 1st ed. Yogyakarta: ANDI, 2014.
[10] [24] T. H. Fratiwi, M. Sudarma, and N. Pramaita, “Sistem Klasifikasi Musik Gamelan Angklung
Bali Terhadap Suasana
Hati Menggunakan Algoritma
K-Nearest Neighbor Berbasis Algoritma Genetika,”
Majalah Ilmiah Teknologi Elektro,
vol. 20, no. 2, pp. 265–272, 2021.
[11] [25] B. Y. Suprapto, A. Azmi, F. Nora, and S. Dwijayanti, “Penalaan Parameter Pengendali PID untuk
Pengendalian Kecepatan Motor Arus Searah Menggunakan Metode Algoritma Genetika
dan Jaringan Syaraf Tiruan,” Jurnal Riset Sains dan Teknologi, vol. 4, no. 1, pp. 15–23,
2020, doi: 10.30595/ jrst.v4i1.5050.
[12] [26] “Motor Torque Calculator, Full Load Torque of a Motor.” http://www.electricalclassroom.com/full-load-motor (accessed Jan. 24, 2022).
Metode Ziegler-Nichols
Ziegler-Nichols pertama kali memperkenalkan metodenya pada tahun 1942. Metode ini memiliki dua cara, metode osilasi dan kurva reaksi. Kedua metode ditujukan untuk menghasilkan respon sistem dengan lonjakan maksimum sebesar 25%. Gambar 11 memperlihatkan kurva dengan lonjakan 25%.Metode Kurva Reaksi
Metode ini didasarkan terhadap reaksi sistem untaian terbuka. Plant sebagai untaian terbuka dikenai sinyal fungsi tangga satuan (gambar 12). Kalau plant minimal tidak mengandung unsur integrator ataupun pole-pole kompleks, reaksi sistem akan berbentuk S. Gambar 13 menunjukkan kurva berbentuk S tersebut. Kelemahan metode ini terletak pada ketidakmampuannya untuk plant integrator maupun plantt yang memiliki pole kompleks.Kurva berbentuk-s mempunyai dua konstanta, waktu mati (dead time) L dan waktu tunda T. Dari gambar 13 terlihat bahwa kurva reaksi berubah naik, setelah selang waktu L. Sedangkan waktu tunda menggambarkan perubahan kurva setelah mencapai 66% dari keadaan mantapnya. Pada kurva dibuat suatu garis yang bersinggungan dengan garis kurva. Garis singgung itu akan memotong dengan sumbu absis dan garis maksimum. Perpotongan garis singgung dengan sumbu absis merupakan ukuran waktu mati, dan perpotongan dengan garis maksimum merupakan waktu tunda yang diukur dari titik waktu L.
Penalaan parameter PID didasarkan perolehan kedua konstanta itu. Zeigler dan Nichols melakukan eksperimen dan menyarankan parameter penyetelan nilai Kp, Ti, dan Td dengan didasarkan pada kedua parameter tersebut. Tabel 1 merupakan rumusan penalaan parameter PID berdasarkan cara kurva reaksi.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Metode Osilasi
Metode ini didasarkan pada reaksi sistem untaian tertutup. Plant disusun serial dengan kontroller PID. Semula parameter parameter integrator disetel tak berhingga dan parameter diferensial disetel nol (Ti = ~ ;Td = 0). Parameter proporsional kemudian dinaikkan bertahap. Mulai dari nol sampai mencapai harga yang mengakibatkan reaksi sistem berosilasi. Reaksi sistem harus berosilasi dengan magnitud tetap(Sustain oscillation) (Guterus, 1994, 9-9). Gambar 14 menunjukkan rangkaian untaian tertutup pada cara osilasi.Nilai penguatan proportional pada saat sistem mencapai kondisi sustain oscillation disebut ultimate gain Ku. Periode dari sustained oscillation disebut ultimate period Tu (Perdikaris, 1991, 433). Gambar 15 menggambarkan kurva reaksi untaian terttutup ketika berosilasi.
Penalaan parameter PID didasarkan terhadap kedua konstanta hasil eksperimen, Ku dan Pu. Ziegler dan Nichols menyarankan penyetelan nilai parameter Kp, Ti, dan Td berdasarkan rumus yang diperlihatkan pada Tabel 2.
|
|
|
|
|
0,5.Ku | ||
|
0,45.Ku | 1/2 Pu | |
|
0,6.Ku | 0,5 Pu | 0,125 Pu |
Metode Quarter - decay
Karena tidak semua proses dapat mentolerir keadaan osilasi dengan amplituda tetap, Cohen-coon berupaya memperbaiki metode osilasi dengan menggunakan metode quarter amplitude decay. Tanggapan untaian tertutup sistem, pada metode ini, dibuat sehingga respon berbentuk quarter amplitude decay (Guterus, 1994, 9-13). Quarter amplitude decay didefinisikan sebagai respon transien yang amplitudanya dalam periode pertama memiliki perbandingan sebesar seperempat (1/4) (Perdikaris, 1991, 434).Kontroler proportional Kp ditala hingga diperoleh tanggapan quarter amplitude decay, periode pada saat tanggapan ini disebut Tp dan parameter Ti dan Td dihitung dari hubungan (Perdikaris, 434, 1990). Sedangkan penalaan parameter kontroler PID adalah sama dengan yang digunakan pada metode Ziegler-Nichols (lihat tabel 1 - untuk metode kurva reaksi dan tabel 2 untuk metode osilasi).
Mencari nilai Kp, Ki, dan Kd Menggunakan Metode Ziegler-Nichols I[Kembali]
Transfer Function[Kembali]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar